Tuesday 27 March 2012

Pakaian Adat Kudus & Batik Lasem Akulturasi Istimewa


Pakaian Adat Kudus Menyatu Dalam Indahnya Batik Lasem
Sebuah Akulturasi Istimewa
 
Anggunya Seorang Perempuan Kudus Memakai Pakaian Adatnya Lengkap Dengan Caping Kalo


            Kudus sejak dulu dikenal sebagai kota yang sangat khas, keunikan budaya, dan kentalnya agama menjadi kota kudus makin dikenal secara luas, ada beberapa wisata religi yang bisa anda kunjungi di Kota Kretek ini, antara lain Makam Sunan Kudus beserta menara Kudus yang terkemas unik seperti bangunan Mehru di Pura yang ada di Bali hal ini tidaklah mengherankan karena Sunan Kudus Ketika itu bermaksud mengakulturasikan budaya lokal yang saat itu masyarakat Kudus masih beragama Hindu sebelum Majapahit runtuh sekitar abad 15 M selain itu beliau juga melarang Umat Islam di Kudus untuk menyembelih sapi sebagai toleransi terhadap umat Hindu di Kudus saat itu dan berlanjuthingga kini dan Makam Sunan Muria di lereng Gunung Muria dengan suasana khas pegunungan nan asri selain itu juga terdapat air terjun yang cukup indah yaitu Air Terjun Monthel yang masih terletak tidak jauh dari makam Sunan Muria. Kedua makam Walliyullah ini tek pernah sepi dengan kenjungan para peziarah yang datang dari pelosok tanah air.
            Namun dalam tulisan saya kali ini tidak membahas tentang wisata yang ada di Kudus tetapi akan membahas tentang pakaian adat Kudus yang unik lengkap dengan Caping Kalo nya dengan Batik Lasem sebagai jarit (bawahan) dari pakaian adat perempuan Kudus ini.
            Dosen saya Bapak R. Suharso, MP,d. yang juga seorang Kudus dalam sela-sela perkuliahan Sejarah Lokal pernah berkata ”Jika engkau datang ke Kudus maka engkau akan terpesona dan menganggap Kudus sebagai rumah ke-2 mu” dan terbukti saya yang setelah wara-wiri (bepergian_red) ke rumah saudara saya di Jati Kulon, Kudus saya benar benar di buat kagum dengan ke indahan kota, pesatnya perekonomian, dan yang membuat saya lebih kagum lagi adalah melihat seorang perempuan Kudus mengenakan pakaian adatnya, sungguh terlihat sangat cantik nan anggun namun sayang pakaian itu hampir punah dan kini kita bisa melihatnya hanya dalam event-even tertentu saja seperti saat Karnaval Budaya ahir 2011 lalu, kebetulan saya ikut berpartisipasi dalam karnaval itu karena memang bertepatan dengan Praktik Pengalaman Lapangan saya di salah satu SMP Negeri di Kudus.
            Nah pertanyaanya mengapa kudus sampai mempunyai pakaian adat sendiri yang begitu khas dan cenderung lebih tertutup dibanding pakaian adat Jawa? Berikut saya paparkan.
Pakaian Adat Kudus dengan Jarit Batik Lasem
Pakaian Adat Kudus sekilas anda melihatnya pada  busana laki-lakinya tidak beda jauh dari pakaian adat Jawa, memakai blangkon gaya Surakarta, beskap ala Kudusan, kain batik Lasem bermotif tumbuh-tumbuhan dan bunga dengan warna warni yang mencolok sebagai bawahannya (jarit sinjang Laseman), memakai keris model gayaman atau ladrangan dengan sepatu selop hitam. Sedangkan untuk busana perempuannya sungguh sangat unik dan menarik untuk diperhatikan yaitu pemakaian caping kalo (tampah kecil) di atas kepala yang dipasang agak miring ke kiri menutupi sebagian rambut yang di gelung. cukup aneh memang namun justru itu yang membuat saya kagum, baju yang dikenakan memakai baju yang orang Kudus bilang baju kurung bludru yang kebanyakan pakian laki-laki maupun perempuan berwarna biru tua, kemudian selendang lurik  Tohtawu yang di sampirkan dipundak layaknya pakaian adat Melayu yang berwarna gelap pula dan tak ketinggalan aksesoris seperti kalung, gelang dan giwang berwarna emas membuat kesan anggun siapapu yang memakainya serta penggunaan batik Lasem sebagai bawahan menambah manis pakaian adat Kudus ini .
Busana adat Kudus cenderung lebih tertutup dibanding pakaian adat Jawa pada umumnya karena tidak mengherankan Kudus sejak dulu hingga kini dikenal sebagai kota yang Religius. Mengapa kudus mempunyai pakian adat sendiri kemungkinan karena kudus adalah kota yang berdekatan dengan Kesultanan Demak Bintoro pasca Majapahit runtuh ia berusaha memiliki jati dirinya sendiri menyesuaikan pakaian para pembesar-pembesar kesultanan Demak yang berlandaskan azas keIslaman dan 2 diantara 9 Wali Songo berada di wilayah Kudus membuat Kudus menjadi kota religius bahkan sebelum Islam datang berkembang di sana Abad 16 M.
Namun sampai sekarang saya belum menemukan jawaban mengapa batik Lasem digunakan sebagai jarit pakaian adat kudus? Apa sebenarnya hubungan Lasem dan Kudus? Seerat apa hubungannya ketika itu? Temukan jawabannya pada tulisan saya selanjutnya. Trimakasih semoga bermanfaat. Ayo Terus Lestarikan budaya kita!
Coba Perhatikan foto Disamping sungguh sangat cantik dan aggun bukan?, keindahan Batik Lasem akulturasi budaya lokal dan tiong hoa yang tersohor itu sangat istimewa berpadu dengan pakaian adat kudus yang begitu khas warna merah darah (khas Batik Lasem) dengan motif tumbuhan sulur-suluran berwarna warni membuat semakin batik ini semakin manis dan banyak kolektor lokal bahkan mancanegara berebut untuk mengoleksinya. Semoga budaya yang sangat luhur ini terus ada dan anak cucu kita kelak masih bisa melihatnya,bukan hanya melihat mereka juga harus tau sejarah perjalanan pakian adat Kudus ini, nah tugas kita sebagai generasi sekarang untuk mempelajarinya dan menceritakan ke anak cucu kita. (S.A Atmadja)

Wednesday 14 March 2012

Studi Historis, Lasem Jaman Majapahit (1300-1500 Masehi)

1
GAMBARAN UMUM KOTA LASEM
         
Peta Kabupaten Rembang
          Kota lasem adalah sebuah kota kecamatan yang berada di pinggir jalur pantura, kota ini berada kurang lebih 15 km kearah timur kota kabupaten Rembang Jawa Tengah.Kota Lasem mempunyai jumlah penduduk 40.167 jiwa (sensus penduduk 2000 BPS) dan mempunyai 73 desa/kelurahan.Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa,sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Pancur,sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Sluke dan Kragan,serta sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Rembang Kota.

            Kehidupan warga Lasem cenderung  lebih kondusif ini terbukti dengan berbaurnya antara penduduk pribumi dan etnis keturunan Cina serta berbaurnya tiga agama yaitu Islam,Kristen/Khatolik,dan Budha.Selain masjid Lasem juga terdapat beberapa Gereja,Klenteng,dan Vihara.Sebagian besar penduduk Lasem berprofesi sebagai petani dan nelayan serta pedagang karena dipesisir inilah warga Lasem mencari rejekinya lewat hasil hasil laut bahkan banyak hasil laut dari Lasem yang dikirim ke kota-kota besar bahkan ada yang dikirim ke luar negeri  seperti ikan tongkol,kepiting dan lobster.

            Jika kita pertama kali meginjakkan kaki pertama ke kota Lasem anda pasti akan kagum dengan keindahan serta keunikan bangunan-bangunan tuanya yang sudah berusia ratusan tahun kebanyakan  bernuansa arsitektur khas Cina ada juga yang bernuansa eropa klasik.Tidak salah jika kota Lasem pernah dijuluki ”The Little Beijing Old Town” oleh seorang peneliti eropa zaman kolonial.Bangunan-bangunan tua ini terletak di desa Babagan,Gedong Mulyo,Karang Turi,Soditan,Sumber Girang, dan Ngemplak.Sebagian besar bangunan itu masih terpelihara dengan baik walaupun ada sebagian yang di biarkan terbengkalai.Sejak tahun 1986 Pemkab Kota Rembang menetapkan bangunan-bangunan tersebut sebagai bagunan cagar budaya yang harus di lindungi keberadaannya.Namun sayang kini satu demi satu bangunan-bangunan tua itu harus di bongkar dan di ganti dengan bangunan modern.Selain keindahan kota tuanya Lasem juga mempunyai keunikan lain yaitu Batik Tulis Lasem yang terkenal banyak batik-batik Lasem mempunyai corak dan motif yang khas yaitu adanya gambar naga ini merupakan percampuran budaya antara Jawa dan Tiong Hwa.Pada awal tahun 1950-an jumlah pengrajin batik mencapai ratusan namun sekarang hanya tersisa puluhan saja ini disebabkan oleh adanya krisis ekonomi tahun 1997-1998 silam banyak usaha mereka yang bangkrut karena mahalnya bahan baku sedangkan harga jualnya cenderung lebih rendah.

            Selain dikenal sebagai kota pecinan terbesar se Pulau Jawa lasem juga terkenal sebagai kota santri dan kota ziarah ini terbukti dengan banyak berdirinya pondok pesantern yang cukup terkenal.Penguasa perekonomian di Lasem masih dipegang oleh orang-orang keturunan Cina karena memang dalam sejarahnya mereka menetap di Lasem karena nenek moyang mereka dulunya memang sudagar-saudagar yang ulung dan keahlian tersebut kini diwariskan pada keturunannya hingga kini.Bahkan Kwik Kian Gie mantan menteri perekonomian jaman Mega wati adalah seorang warga keturunan kelahiran Lasem dan sampai sekarang keluarganya mempunyai usaha besar di kota Lasem.Dimata masyarakat kota Lasem lebih terkenal ketimbang Rembang ini wajar karena asal muasal kota Rembang berawal dari kota kecil Lasem.

            Perekembangan kota Lasem tidak lepas dari perhatian Majapahit kala itu yang menjadikan kota ini menjadi salah satu bagian terpentingnya karena selain strategis letaknya di tepi pantai dan pernah pula terdapat salah satu pelabuhan yang cukup penting yaitu pelabuhan Lasem yang kini terletak di desa Babagan dan menjadikan sungai Babagan menjadi salah satu jalur lalulintas untuk menghubungkan kota Lasem ke pelabuhan  dan kini sungai tersebut sudah tidak berfungsi lagi sebagai jalur transportasi karena terjadi pendangkalan sungai dan terahir berfungsi baik pelabuhan maupun sungai Babagan pada masa pendudukan kolonial Belanda.
Gapura Masuk Klenteng Poo An Bio, Desa Karang Turi Lasem

PEMBAHASAN

          Lasem merupakan sebuah kota tua yang yang terdapat di wilayah kabupaten Rembang.terletak di jalur pantai utara,jaraknya sekitar 15 km sebelah timur kota Rembang.
            Keberadaan kota kuno Lasem tidak Terlepas oleh adanya kerajaan Majapahit di masa kejayaannya,Pada waktu pemerintahan Sang prabu Hayam Wuruk ia membentuk Dewan Pertimbangan Agung Yang berjumlah 7 (tujuh) orang.Dewan Pertimbangan Agung ini disebut ”Bathara Sapta Prabu”ketujuh anggota Batara Sapta Prabu ini seluruhnya berasal dari keluarga Hayam Wuruk yang tinggal di berbagai tempat.Mereka adalah:

1.Tribhuana Tungga Dewi: Raja di Majapahit
2.Sri Kerta Wardhana (suami): Raja Singosari
3.Dyah Wyah Rja Dewi (adik): Raja di Dhaha
4.Sri Wijaya Rajasa (Ipar): Raja di Wengker
5.Sri rajasa Nagara (Anak): Raja muda di Kahuripan
6.Bhre Lasem (anak): Raja di Lasem
7.Bhre Pajang (anak): Raja di Pajang

Setelah Bhre Lasem kawin dengan Sri Rajasa Nagara yang menjabat sebagai raja Matahun, dan Bhre Pajang kawin denan Sri Singa Wardhana yang menjabat sebagai  raja paguhan.Maka anggota dewan pertimbangan agung berjumlah menjadi 9 orang.Hal inilah yang memperkuat  suatu pendapat bahwa pada masa pemerintahan Tri Bhuana Tungga Dewi sebagai raja Majapahit ,Lasem sebagai wilayah yang berdaulat terbukti keberadaannya.
Pada perkembangan berikutnya  yaitu tepatnya pada tahun 1354 wilayah Lasem dipercaya sebagai Negara bagian dari Majapahit dengan sebutan Bhre.Jadi Bhre artinya negara bagian.Setelah berstatus sebagai Negara bagian Putri Indu sebagai Bhre Lasem kemudian bergelar PUTRI INDU DEWI PURNAMA WULAN saat itu keadaan wilayah Lasem sangat strategis.Bhre Lasem mempunyai dua pelabuhan besar untuk ukuran masa itu yaitu pelabuhan Pangkalan yang masuk kecamatan Sluke bagian barat, pelabuhan Labuhan masuk wilayah kecamatan Sluke bagian timur, dan pelabuhan Lasem sendiri yang terletak di desa Babagan.ketiga pelabuhan ini banyak didatangi para saudagar dari Cina dan Campa
      Sebagai penguasa kerajaan bagian di Lasem Putri Indu setelah wafat digantikan oleh putranya yang bernama Raden Wardana.Pada masa pemerintahan raja wardana inilah status Lasem  sebagai Negara bagian atau bhre dari Kerajaan Majapahit diganti statusnya menjadi kadipaten.Degan demikian Raden Wardana bukan lagi sebagai anggota Bathara Sapta Prabu menggantikan ibunya tetapi sudah berubah menjadi seorang adipati pertama yang berkuasa di kadipaten Lasem
      Setelah menjadi seorang adipati sekian tahun lamanya R.Wardana pun meninggal dunia.Kedudukannya sebagai seorang adipati diganti oleh putranya yang bernama Wijaya Badra,selanjutnya adipati Wijaya Badra diganti oleh putranya yang bernama pangeran Badranala.jadi Pangeran Badranala ini adalah adipati ke tiga.Kemudian ia menikah dengan seorang putrid Campa dan di anugrahi dua orang putra yaitu Pangeran Wira Bodro dan Pangeran Santi Bodro
      Selanjutnya Pangern Wira Bodro menggantikan jabatan ayahnya dan ia menjadi adipati yang ke empat dan Pangeran santi Bodro menjadi seorang guru besar dan tokoh agama Hindu di wilayah kadipaten Lasem.Pangeran Wira Bodro menjabat selama sembilan tahun,tepatnya tahun 1496,sang adipati memindahkan pusat pemerintahannya ke tepi laut Binangun.Sedangkan pelabuhan yang dulu di Pangkalan juga dipindah ke teluk Binangun.Pada masa pemerintahan  adati Wiro Bodro penyebaran agama Islam mulai masuk ke ke kadipaten Lasem.Bahkan Panngeran Wiro Bodro pun juga masuk Islam,guna memperdalam agama Islam ia menmanggil seorang mubaligh perempuan yang merupakan putrid sunan Ampel yang bernama Nyai ageng Maloka.Kebarangkatannya ke Lasem diikuti oleh adiknya yang bernama Makdum Ibrahim.
            Setelah Nyai Ageng Maloka menjadi guru agama islam di Binagun padatahun 1470 Nyai Ageng Maloka di ambil menantu oleh sang adipati Dinikahkan dengan Pangeran Bodro Negoro,putra sang adipati yang sulung.Pada tahun 1474 P. Wiro Bodro Mangkat dan digantikan putra sulungnya P. Bodro Negoro dan ia resmi menjadi adipati Lasem yang ke lima.Namun saying setelah ia baru menjabat selama lima tahun adipati Wiro Negoro Wafat.kemudian jabatannya itu digantikan oleh sang isteri Nyai Ageng Maloko .Dalam menjalankan pemerintahan ia di Bantu oleh adiknya Yaitu Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Bonang
            Pada masa kekusaan Nyai ageng Maloka ini pusat pemerintahan di kembalikan ke Lasem lagi.Nyai Ageng Maloka merupakan Adipati terahir yang menjabat di Lasem karena setelah itu Lasem sudah ada dalam kekuasaan kerajaan Demak seiring perkembangan agama Islam di tanah jawa dan kemunduran kerajaan Majapahit.
Para Penguasa Kerajaan Lasem Serta Tata pemerintahannya
Lambang Kerajaan Majapahit (Surya Majapahit)
Lasem sebagai suatu wilayah yang berdaulat dalam bentuk kerajaan,Menguasai wilayah yang meliputi Pacitan sampai Daerah muara sungai Solo yaitu daerah sedayu.Dengan demikian maka kita akan semakin mengerti bahwa luas wilayah kerajaan Lasem sangat luas apabila dibandingkan dengan wilayah kabupaten rembang yang sekarang. Apabila kita melihat luas kerajaa lasem ketika itu sedangkan kekuasaan tertinggi dijabat oleh seorang wanita,Maka kita akan dapat membayangkan bagaimana roda pemerintahan pemerintahan kerajaan Lasem dijalankan.Tidak lain keberhasilan pelaksanaan pemerintahan itu disebabkan hanya karena Bhre Lasem memiliki tiga syarat yaitu:SAMARAJ,INDRATVAN,EKA CARTA (Berdaulat,Pemimipin,Pengayom)
Untuk menjalankan roda pemerintahan itu raja raja dibantu oleh suatu Dewan mentri yang disebut Panca Mantri.Adapun Panca mantra adalah pejabat tertinggi yang bertanggungjawab jalannya pemerintahan ini disebut Rakyan panca mentri terdiri dari:
1.Rakryan Patih : yang bertugas ikut menjalankan kebijakan pemerintahan bersama raja,serta memimpin dewan mertri yang merupakan badan pelaksana pemerintahan.
2.Rakyan Tumanggung : Yang bertugas sebagai panglima kerajaan dengan tugas mengelola bidang pertahanan dan keamanan.
3.Rakyan Rangga : Yanga bertugas membantu panglima mengawal dan mendampingi raja pada waktu ada upacara kerajaan maupun dalam peperangan.
4.Rakyan Kanuruhan : Yang bertugas sebagai penghubung (juru bicara istana) serta mempunyai  tugas-tugas protokoler.
5.Rakyan Demung : Yang bertugas sebagai pengatur rumah tangga istana.

Didalam Negara kertagama kita mengetahui bahwa Lasem merupakan salah satu anggota dewan pertimbangan agung dan sangat dikenal semasa Majapahit diperintah oleh Hayam Wuruk atau Sri rajasanagara.Sebagai penguasa mempunyai kewenangan dengansebutan Bhatara atau Bhre yang berasal dari kata Bra dan I yang artinya raja di Bhre Dhaha artinya raja di Daha.
Bhre pajang artinya raja di pajang dan sebagainya,di dalam kertagama pupuh VI,disebutkan bahwa pada pemerintahan Jayam wuruk yang menjadi Bhre Lasem adalah adik perempuan yang bernama Rajasa Duhitendu Dewi.Yang mana Bhre Lasen ini diperistri oleh Bhre Sri Rajava wandhaka .Ketika Dyah Wiyah sebagai Bhre Dhaha  serta ibu dari Bhre Lasem wafat maka Sri Rajasa Duhitendu dewi diangkat sebagai penguasa di Dhaha.Maka pemerintahan Lasem diberikann kepada Kusuma Wardani yang dalam kitab pararaton disebut pula Bhre Lasem jang Ahayu (Bhre Lasem yang cantik).Ia adalah putrid Hayam Wuruk dan permaisurinya bernama Paduka Sori,Putra Bhra Parameswara ,Sebagai raja yan ketiga memerintah Lasem adalah Nagara wardani yang bergelar Bhre Lasem Sang Alemu (Bhre Lasem yang gemuk).Penguasa lasem selanjutnya adalah Bhre Lasem putra Bhre Wirabumi Yang Dipreistri oleh Bhre Tumapel Sedangkan Bhre Lasem terahir adalah putra Bhre Pandan Salas Yang diperistri oleh Bhre Tumapel.Setelah itu tidak terdengar lagi berita mengenai kerajaan Lasem seiring kemunduran Kerajaan Majapahit adad 16.
Angga Naga Aryyama Merupakan Peristiwa Penting
Gagahnya pasukan Majapahit yang Tersisa di Bali
Kata diatas merupakan Candara Sengkala karangan R.Bratakesawa yang mempunyai arti Angga Naga Aryyama,Angga artinya lembah mempunyai hitungan bilangan 6 ,Gora artinya besar ,Mempunyai hitungan bilangan tujuh ,Ary artinya hari mempunyai hitungan bilangan dua,Yama artinya artinya mati mempunyai arti hitungan bilangan satu .Jadi Angga Naga Aryyama mempunyai susunan bilangan 6721.Untuk membaca tahun Candra sengkala aini dibalik berarti bermakna 1276 Caka atau 1354 Masehi.Apa yang terjadi pada tahun itu di Lasem adalah datangnya Sri Rajasanagara (raja Hayam Wuruk) ke Lasem sebagai pelaksana kunjungan kerja secara resmi dan bertahap kesejumlah wilayah kekuasaannya yang disesuaikan arah mata agin pokok.Perjalanan Hayam wuruk yang dilakukan sesuai dengan arah mata angin tersesbut dapat diuraikan sebagai berikut dan mempunyai arti penting.Pusat kerajaan Majapahit adalah daerah delta sungai Brantas.Pajang adalah wilayah adalah wilayah kerajaan Majapahit yang terletak di sebelah barat delta sungai Brantas.Lasem adalah wilayah kerajaan Majapahit yang terletak di sebalah utara delta sungai Brantas yaitu terletak di pantai utara dan sebelah barat Surabaya.Sedangkan arti dari kunjungan Hayam Wuruk tersebut mempunyai arti:
1.   Bahwa hal itu menunjukkan betapa pentingnya kedudukan wilayah di atas               dalam tata politik  dan pemerintahan Majapahit.
  1. Secara Cosmologis Magis daerah tersebut memberikan kekuatan spiritual atau kedudukan dan posisi Majapahit sebagai pusat pemerintahan menurut filsafat kejawen mungkin ada kaitannya dengan kekuatan dari sedulur papat lima pancer.
Kerajaan Lasem memang sudah hilang namun banyak dari masyarakat Lasem yang percaya bahwa peninggalan-peninggalannya berupa lingga yang ditemukan di desa Sendangcoyo,Arca nandi di desa Waru Gunung,Arca Ganesha,Arca Anjing,Perhiasan Emas,Tapak kaki suci raja Hayam Wuruk dan sebagainya adalah bukti bahwa kebesaran kerajaan Lasem masih nyata hingga kini.

PENUTUP

Kesimpulan
            Lasem merupakan sebuah kota kecamatan yang terletak di wilayah kabupaten Rembang yang dulunya merupakan salah satu wilayah penting dari kerajan Majapahit. Pada waktu pemerintahan Sang Prabu Hayam Wuruk ia membentuk Dewan Pertimbangan Agung Yang berjumlah 7 (tujuh) orang.Dewan Pertimbangan Agung ini disebut ”Bathara Sapta Prabu”ketujuh anggota Batara Sapta Prabu ini seluruhnya berasal dari keluarga Hayam Wuruk yang tinggal di berbagai tempat.Mereka adalah:
1.Tribhuana Tungga Dewi: Raja di Majapahit
2.Sri Kerta Wardhana (suami): Raja Singosari
3.Dyah Wyah Rja Dewi (adik): Raja di Dhaha
4.Sri Wijaya Rajasa (Ipar): Raja di Wengker
5.Sri Rajasa Nagara (Anak): Raja muda di Kahuripan
6.Bhre Lasem (anak): Raja di Lasem
7.Bhre Pajang (anak): Raja di Pajang
Untuk menjalankan roda pemerintahan raja dibantu oleh suatu dewan yang disebut panca Menteri yang terdiri dari:
 1.Rakryan Patih : yang bertugas ikut menjalankan kebijakan pemerintahan bersama raja,serta memimpin dewan mertri yang merupakan badan pelaksana pemerintahan.
2.Rakyan Tumanggung : Yang bertugas sebagai panglima kerajaan dengan tugas mengelola bidang pertahanan dan keamanan.
3.Rakyan Rangga : Yanga bertugas membantu panglima mengawal dan mendampingi raja pada waktu ada upacara kerajaan maupun dalam peperangan.
4.Rakyan Kanuruhan : Yang bertugas sebagai penghubung (juru bicara istana) serta mempunyai  tugas-tugas protokoler.
5.Rakyan Demung : Yang bertugas sebagai pengatur rumah tangga istana