Anjungan Rumah adat Rembang di Taman Maerokoco Semarang |
Jika anda berkunjung ke
desa-desa di kabupaten Rembang tidak ada yang spesial dari rumah-rumah yang
anda amati, rumah-rumah sederhana dari gedek (anyaman bambu) genteng tanah
sederhana dan lantai tanah telah terhimpit dengan bangunan rumah tembok lantai
keramik modern yang lebih bagus dan mewah. Namun tahukan anda bahwa Rembang
memiliki rumah khas atau lebih tepatnya rumah adat, rumah-rumah sederhana dari
anyaman bambu dan berlantaikan tanah itulah rumah aseli penduduk Rembang, bukan
joglo yang saya maksud, kalau joglo adalah rumah khas Jogjakarta/Jawa tengah,
bukan pula rumah Limasan atau bekuk lulang yang banyak pula kita jumpai pada
rumah-rumah di desa-desa di Rembang, apa bedanya? Mari kita bahas lebih rinci.
Kebanyakan rumah-rumah
tradisional di Rembang yang kita jumpai memiliki bentuk unik sendiri-sendiri
adapun rumah-rumah tradisioanal yang ada di Rembang adalah:
1.
Joglo khas Jawa Tengah memiliki ciri
bangunan kokoh atap menjulang ke atas yang keseluruhan dari kayu Jati (seperti
kebanyakan bangunan balai desa di Jateng)
2.
Bekuk Lulang, Rumah ini paling banyak di
temukan di desa-desa Kabupaten Rembang dengan ciri khasnya adalah 8 tiang jati
kokoh berada di bagian tengah, namun demikian rumah Jenis Bekuk Lulang ini
merupakan penyempurnaan dari rumah adat Rembang (bocokan).
3.
Bocokan, inilah rumah adat atau rumah
khas dari Rembang berikut penjelasannya :
Dahulu rumah jenis ini
dindingnya terbuat dari gedek (anyaman bambu) seiring perkembangan zaman
dindingnya sekarang terbuat dari papan kayu jati karena sekitar Rembang masih
banyak terdapat Hutan Jati. Ciri lain yang lebih khas dari Rumah Bocokan adalah
adanya Lawang Lempit (pintu lipat)
yang terdiri dari 4 daun pintu 2 di bagian kanan dan 2 lagi di bagian kiri, di
kanan dan kiri pintu itu terdapat jendela dengan teralis kayu, pintu lipat yang
lebar dan jendela inilah perlambang bahwa orang Rembang sangat ramah dan mau
menerima siapapun yang mau berkunjung. Tiang utama yang terbuat dari kayu jati
besar berjumlah 4 di susun sedemikian rupa tanpa di paku
Bagian depan rumah
(serambi) di sebut Telampik, di
serambi depan rumah biasanya terdapat kursi besar dan panjang lebih menyerupai
depan/amben kasur yang digunakan sebagai tempat besantai dan bencengkrama
dengan keluarga dan orang lain yang disebut dengan mBale. Atap depan rumah boleh dibilang sangat rendah, kurang lebih
hanya 1,8- 2 meter saja biasanya terdapat 4 tiang penyangga kecil, bahkan ada yang lebih rendah lagi ini menunjukkan
tidak ada strata sosial yang mencolok, siapun orangnya yang igin bertamu harus
mendundukkan badan atau bersikap sopan. Berbeda dengan rumah bentuk bekuk
lulang, rumah bocokan pada bagian atap samping lebih lebar dan tidak setinggi
rumah bekuk lulang, karena rumah bocokan tiang yang menyangga atap bagian
samping lebih kecil dan pendek.
Denah yang paling umum
dari rumah bocokan adalah: Bagian teras sebelah kiri terdapat Mbale tempat
duduk dan bersantai, bagian dalam rumah, sebelah tengah merupakan ruang tamu
sekaligus ruang keluarga (menunjukkan keramah tamahan, semua dianggap
keluarga), kanan dan kiri bagian dalam rumah adalah kamar tidur, di pisahkan
dengan Kesel (Pembatas papan jati
yang berupa ukiran dan lukisan kaca) bagian belakang adalah Pawon (dapur). Pada halaman belakang
rumah selain sebagai pekarangan yang ditanami sayuran dan pisang, biasanya juga
sebagai tempat menambatkan hewan ternak seperti sapi dan kambing dengan
dibuatkan gubuk kecil terpisah dari rumah utama di lahan belakang rumah ini
juga terdapat Kiwan (kamar mandi
tradisional yang bak mandinya terbuat dari genuk (bejana tanah yang besar) ).
Semoga bermanfaat bagi
semua, warga Rembang khususnya agar tidak melupakan warisan leluhur.
*) Special Thanks to Sdr. Wiwid Sriwidarti dkk yang telah memberikan foto narsisnyas di Merokoco anjungan Rembang, soalnya penulis belum sempet kesana :)
thanks ya mas bro...jd numpang narsis nih :D
ReplyDeletehaha...same2...bikin blog juga to mbak..:)
ReplyDelete😘😍
ReplyDelete