Saturday, 11 May 2013

Kamus Dialek Rembang-Bahasa Indonesia (Full Version)

A
ae 1 Saja, 2 Kalimat yang biasa di lafalkan dalam Bahasa Jawa baku yaitu wae : ngono ~ kok angel leh dik.
along Istilah untuk nelayan yang mendapatkan ikan banyak:alhamdulillah, ~ kang entuk iwak akih dino iki.
Ameh akan: ~ moro omahem aku sesuk sore.
Ambek 1 dengan, 2 dan          
Ape akan: nak ~ moro sawah jo lali gowo paculem
Athek kata awal, tengah atau ahiran yang berfungsi sebagai penegas kalimat: wis rasah nagis ~ karo njumbek barang ngono.
Awang-awangen selalu teringat sesuatu
B
Bento 1 Gila, 2 Stres, 3 bertingkah diluar kewajaran : ati-ati nduk neng ngarep omah ono wong ~ ojo metu ndisik yo.
Bento! kr ungkapan kekesalan untuk seseorang yang dianggap melanggar norma: wo cah ~! cilik kakean tingkah!
Bledakan berlari tak teratur dengan suara gaduh
Bekakas sesuatu yang dianggap murahan, kampungan, sangat jelek: ~ ngono ae kok mok tuku larang yo cung.
Beluk burung hantu (Strix leptogrammica)
Blarutan kondisi badan yang lusuh, kumal dan kotor: rupanem kok ~ leh cung, mau bar ngarit neng endi?
Blabak papan tulis
Bileng kepala pusing: sirahku ~ ek nduk tukokno puyer yo neng warunge dhe Sutiyem.
Bedigal hewan sejenis kepik bertubuh keras berwarna hitam atau coklat (coccinella arcuat).
Bidak, Bincil kr  buta, tidak bisa melihat secara jelas. Kata ini biasanya digunakan sebagai umpatan.
Bodoni dibohongi
Buwoh nyumbang (acara penikahan, sunat dll): Yu Jasmi sampeyan ape ~ kapan?
Bek Penuh
Bakwan gorengan yang terbuat dari jagung saja di campur tepung dan bumbu rempah-rempah
Brambang bawang merah
Brak tempat penggilingan tebu
Beton isi buah nangka
Bomah masuk rumah:             ~ ndisik kene mas udane iseh deres lho.
Bluron mandi di kali
Bluluk kelapa yang masih kecil
Batur teman
          Mbaturi menemani
Beres alat untuk memotong tembakau kering.

C
Celuluk 1 menjawab 2 menegur sapa.
Ceremet, Cueremuet kesal, gemas dengan sesuatu: ~ aku! dienteni rong jam kok gak ono teko.
Cengek membuat anak kecil menangis, je’e rene kowe Kun anakku mbok ~ yo?! Kok nangis nggowar-nggowar.
Ceblok, Ceglok, Ciglok jatuh (benda selain manusia): ya Allah pelem wis mateng jek ~ asanem.
Celandaan berbuat sembarangan
Cangak udud burung kuntul hitam (Bubulcus ibis)
Ceret kendi terbuat dari alumunium
Ceprutan, Caprutan buah liar yang tumbuh di sawah yang sudah kering
Ceblong anak katak yang masih berekor (Berudu).
Ceduk, Cerak, Cedik, Cuweduk dekat, sangat dekat: ayo leh mampir, omahku ~ kok soko pasar Pentungan.
Coro udut kecoak (Blaberus giganteus)
-cah sub kata tambahan di ahir kata yang berfungsi sebagai penanda heran, kesal dsb: piye~ sakjane dina iki ape sekolah kok malah banjir.
Ciblon mandi di kali.
Cumpleng, -ngen berisik, bising sekali.
Centhong kondisi jalan tanah yang becek dan berlumpur: Sandalem cangking ae Gus dalane ~.
Cung panggilan untuk anak laki-laki yang masih kecil (dalam bahasa Jawa Standart le, nang dsb)

D
Dilah lampu: je’e leh cung dilahe diurupno peteng iki lho.
Duwek uang: ke’i ~em leh lik, sitik ae lik.
Dir Kelereng
Dugang kr tendang: ***! tak ~ kowe!! Kakean petingkah!

E
Engko, Engkokek nanti, nanti saja: ~ mas aku iseh pengen tuku lipen sepuloh.
Engkuk hewan berwarna putih kecoklatan sebesar ibu jari hidup di tanah gembur dan pohon lapuk
-em/-nem ahiran yang menyatakan milik (wedusem=kambingmu, sepatunem=sepatumu).
          Perhatikan:
          -em unt kata yg brahiran bukan huruf vokal
          -nem unt kata yg brahiran huruf vocal

G
Gregeten sangat kesal
Gendoyo semangka (Citrullus lanatus): ~nem sitok pironan lik?
Gebyah Mencangkul
Gelis cepat
Gedik, Guedik, Gedem besar, sangat besar: walah ~ tenan asanem omahe kang marjono.
Gundik raja rayap
Gebyok papan rumah
Glangse karung: biyah ~nem kok ono tulisane pupuk pusri yo dhe guedik sisan.
Gene 1 apa, 2 mengapa: ~leh? Kok mrengut ae
Gandhokan pegangan: ~ sing kenceng soale aki ape numpak montor buanter.

H
Heci bakwan sayur: ~ne mbak Konaah uenak ke gorengane garing nak dicokot muni kriuk-kriuk.

I
Ita-itu kr sifat yang sok, menganggap dirinya paling hebat
Iwak-  daging
            -pitik daging ayam
            -sapi daging sapi dsb
J
Jengklong nyamuk (Culex pipiens): ~ gedik-gedik, loru sisan nyokote.
Jeding kamar  mandi
Jembuk angka 10 pada permainan kartu
Jagang Standar motor atau sepeda
Jun bejana kecil dari tanah mirip guci di gunakan untuk mengambil air jaman dulu
Jumbleng WC plung
Jenthian jari kelingking: waduh ~ku kecepit lawang naganti abang.
Jempolan Ibu jari
Jemberen kr sangat jijik

K
Kemlinth lihat ita-itu
Kotok, kodho bersifat kasar: karo wong wedok kok wani,pancen ~ kowe.
Kadud karung goni
Kawuk garangan
Kemlandinglaba-laba besar (Araneus diadematus)
Klanding lamtoro gung (Leucaena leucocephala)
Ketelak haus: aku ~ dik gawekno es legen yo.
Kemenyek, Kewat kemayu, centil: bocah ora ayu athek ~ barang leh!
Kembang terong, mbang terong warna ungu
Koncrit julukan untuk      BACA SELENGKAPNYA >>>>

Friday, 5 April 2013

Asiknya Naik Dokar di Rembang




Dokar Melintas di Pasar Lasem
Dokar adalah salah satu kendaraan tradisonal Asli Jawa, perkembangan dokar tidak lepas dari pengaruh kebudayaan barat yang dibawa kaum penjajah Eropa, dokar kalau kita perhatikan dengan seksama mirip dengan kereta kuda di kerajaan-kerajaan Eropa terutama dokar yang ada di Jogjakarta yang memiliki 4 roda kayu. Sedangkan dokar yang ada di Rembang memiliki 2 roda kayu berlapis potongan karet bahan Ban mobil.
Saya cukup bangga dan takjub melihat dokar-dokar di Rembang yang masih mempertahankan bentuk asli dokar sejak jaman dahulu jika saya bandingkan dengan dokar di sekitar Rembang misalnya Blora dan Pati mereka sudah mengganti roda asli yang berbahan lingkaran kayu dengan ban kendaraan roda empat sehingga dokar akan terlihat wagu (jw. aneh_red) dan hilang kegagahannya.
Menurut penuturan orang orang tua jumlah dokar di Rembang sudah sangat menurun drastis kalah dengan mode transportasi modern seperti angkutan umum dan truck. Sedikit beruntung dokar yang ada di Jakarta ia diselamatkan dan menjelma menjadi kereta wisata di sekitar Monas. Ironis memang di saat sering digembar gemborkan pengurangan emisi karbon justru moda transportasi yang ramah lingkungan itu kini semakin terpinggirkan.
Jika anda berkunjung ke Rembang tak ada salahnya untuk naik dokar berkeliling daerah Rembang, tempat mangkal dokar di Rembang terletak di Pasar Kota Rembang dengan rute Pasar-Jl.Gajah Mada lewat Jl.DR. wahidin, Pasar-Alun-alun-Jl HOS.Cokro Aminoto, Pasar-Perempatan Galonan, Pasar-Mondoteko-Ds.Seren, dan sekitar kota Rembang. Di Pasar Lasem, dengan rute Lasem-Punjulharjo (pantura lasem yang arah barat), Lasem-Ds.Kajar dengan nuansa pegunungan yang indah, Lasem-Pasar Nduwur belok kanan arah tempat kuliner khas Rembang Lontong Tuyuhan terus ke selatan sampai Perempatan Ds. Japerejo dari perempatan Japerejo anda pun masih ada rute dokar menuju arah Sulang, dan menuju arah Pamotan. Pasar Pamotan, rutenya ke arah Pancur, dan ke arah pusat kecamatan pamotan sampai arah kecamatan Sedan. Pasar Sedan rutenya sekitar kec.sedan, dan Beberapa titik karamaian di Kec.Sarang. Jika anda ingin menikmati makanan paling terkenal di Rembang yaitu Lontong Tuyuhan ongkos naik dokar dari Lasem (sekiar masjid Lasem)-tempat wisata kuliner Lontong Tuyuhan hanya Rp.3000-4000,-  Bagaimana anda tertarik naik dokar di Rembang? :) Saya tunggu!

Wednesday, 3 April 2013

Jangan Kotori Kotaku Dengan Cat Semprotmu




contoh vandalisme (sumber: forum kompasiana)
Aksi mencoret-coret tembok di jalanan di sebut sebagai aksi Vandalisme. Istilah vandalisme (vandalism) dalam sejarah sebetulnya lahir pada zaman Romawi kuno. Vandalisme ditujukan sebagai nama salah satu kaum yang saat itu gemar melakukan pengrusakan benda-benda antik dan hasil karya seni. Bangsa perusak ini bernama Vandal, oleh karena itu hingga sekarang istilah pengrusakan barang-barang bagus diistilahkan Vandalisme.
Sudah sejak 4 tahun yang lalu aku sering pulang-pergi Semarang-Bekasi dengan Kereta Api dan Bus, sebelumnya ke kota ini hanya saat picnik sekolah dan wisuda orang tuaku. sebelum sering ke kota sebesar Bekasi atau Jakarta aku hanya mampu melihat kecantikannya saja dari cerita dan layar kaca. Yah keindahan serta kemegahan gedung-gedung pencakar langit serta mobil-mobil mewah yang bersliweran hilir mudik tak mengenal waktu sehingga Bekasi dan Jakarta “tak sempat tidur”.  Ada sisi lain yang harus sangat diperhatikan oleh pemerintah masing-masing kota bahkan kita sendiri sebagai mahluk yang menyukai keindahan dan kebersihan, dalam Al-Qu’an jelas “Allah itu indah dan menyukai keindahan” serta “Kebersihan adalah sebagian dari iman”.
Ibarat kota kita adalah rumah kita sendiri, tentu kita akan sesering mungkin membersihkannya serta senantiasa merawatnya dengan kesadaran mahluk yang mempunyai naluri lebih dibandingkan dengan mahluk lain ciptaan Allah. Pertanyaannya bagaimana kesadaran kita akan keindahan dan kebersihan wilayah tinggal kita (kota)?. Saat aku naik kereta api dari Staiun Tawang, Semarang sampai Stasiun Bekasi mataku di buat pusing membaca tulisan-tulisan yang saya rasa sangat tidak bermakna dan malah merusak keindahan kota. Kebanyakan tulisan dari cat semprot itu adalah mengagung-agungkan tim sepak bola pujaannya dan menghina klub lain yang dibenci, ada beberapa tulisan cat semprot itu bahkan berbau rasis, kata-kata kotor yang sangat tidak layak untuk dibaca. Beberapa tulisan itu yang mencoba dihapus oleh orang yang sadar namun akan kembali dicotret-coret setelah tembok kembali bersih. Bahkan di Semarang juga demikian keindahan kota di kotori oleh coretan-coretan cat semprot.
Pengalaman saya diatas saya mengira itui hanyalah kelakuan buruk di kota-kota besar saja, namun saya salah besar, betapa kagetnya saya saat 4 tahun tinggal di Semarang kotaku (Kudus dan Rembang) sudah banyak perubahan perubahan kota menjadi megah membuat aku berkata dalam hati “wajar itu adalah perjalanan zaman”, namun ada satu yang membuat saya heran sekaligus prihatin, budaya buruk kota besar telah merembet sedikit demi sedikit ke kedua kota ini, aku merasa mimpi burukku telah menjadi kenyataan. Beberapa sudut jalan di Kudus dan Rembang  menjadi agak ternoda dengan tulisan tulisan Rasis tiba-tiba bergentayangan mengotori sudut strategis kota ini dan saya rasa ini teror beberapa orang yang saya anggap sebagai “Donkey”. Karakter orang Kudus-Rembang bukan demikian, saya menganggap ini hanyalah kelakuan oknum yang hanya berani bersembunyi dari aksi menjijikkan ini.
Saya tidak mau menyalahkan pemerintah kota, yang harus kita salahkan adalah pribadi dan kesadaran kita untuk tidak mengotori kota dengan cat semprot. Jangan kotori kotaku dengan cat semprotmu Donkey!.

Wednesday, 20 March 2013

BUPATI REMBANG TEMPO DULU


 

Sudah Terbayang dibenak anda semua warga Rembang, betapa gagahnya para bupati dahulu kita dengan pakaian adat Jawa memakai blangkon dan keris, Jika anda penasaran berikut saya sajikan beberapa Bupati Rembang tempo dulu:

Raden Adipati Ario Tjondrodiningrat 1871. Menjabat 1856-1873
 
Raden Adipati Djojoadiningrat (Suami R.A Kartini) tahun 1903. Menjabat 1890-1912

Raden Toemenggoeng Djojo Adhiningrat  1928. Menjabat 1913-1940
 
Raden Mas Adipati Ario Djojoadhiningrat  1930. Menjabat 1940-Blm Diketahui
 

Saturday, 16 March 2013

Rumah Adat Rembang Disebut Bocokan yang Penuh Filosofi



Anjungan Rumah adat Rembang di Taman Maerokoco Semarang

Jika anda berkunjung ke desa-desa di kabupaten Rembang tidak ada yang spesial dari rumah-rumah yang anda amati, rumah-rumah sederhana dari gedek (anyaman bambu) genteng tanah sederhana dan lantai tanah telah terhimpit dengan bangunan rumah tembok lantai keramik modern yang lebih bagus dan mewah. Namun tahukan anda bahwa Rembang memiliki rumah khas atau lebih tepatnya rumah adat, rumah-rumah sederhana dari anyaman bambu dan berlantaikan tanah itulah rumah aseli penduduk Rembang, bukan joglo yang saya maksud, kalau joglo adalah rumah khas Jogjakarta/Jawa tengah, bukan pula rumah Limasan atau bekuk lulang yang banyak pula kita jumpai pada rumah-rumah di desa-desa di Rembang, apa bedanya? Mari kita bahas lebih rinci.
Kebanyakan rumah-rumah tradisional di Rembang yang kita jumpai memiliki bentuk unik sendiri-sendiri adapun rumah-rumah tradisioanal yang ada di Rembang adalah:
1.      Joglo khas Jawa Tengah memiliki ciri bangunan kokoh atap menjulang ke atas yang keseluruhan dari kayu Jati (seperti kebanyakan bangunan balai desa di Jateng)
2.      Bekuk Lulang, Rumah ini paling banyak di temukan di desa-desa Kabupaten Rembang dengan ciri khasnya adalah 8 tiang jati kokoh berada di bagian tengah, namun demikian rumah Jenis Bekuk Lulang ini merupakan penyempurnaan dari rumah adat Rembang (bocokan).
3.      Bocokan, inilah rumah adat atau rumah khas dari Rembang berikut penjelasannya :
Dahulu rumah jenis ini dindingnya terbuat dari gedek (anyaman bambu) seiring perkembangan zaman dindingnya sekarang terbuat dari papan kayu jati karena sekitar Rembang masih banyak terdapat Hutan Jati. Ciri lain yang lebih khas dari Rumah Bocokan adalah adanya Lawang Lempit (pintu lipat) yang terdiri dari 4 daun pintu 2 di bagian kanan dan 2 lagi di bagian kiri, di kanan dan kiri pintu itu terdapat jendela dengan teralis kayu, pintu lipat yang lebar dan jendela inilah perlambang bahwa orang Rembang sangat ramah dan mau menerima siapapun yang mau berkunjung. Tiang utama yang terbuat dari kayu jati besar berjumlah 4 di susun sedemikian rupa tanpa di paku
Bagian depan rumah (serambi) di sebut Telampik, di serambi depan rumah biasanya terdapat kursi besar dan panjang lebih menyerupai depan/amben kasur yang digunakan sebagai tempat besantai dan bencengkrama dengan keluarga dan orang lain yang disebut dengan mBale. Atap depan rumah boleh dibilang sangat rendah, kurang lebih hanya 1,8- 2 meter saja biasanya terdapat 4 tiang penyangga kecil, bahkan ada yang lebih rendah lagi ini menunjukkan tidak ada strata sosial yang mencolok, siapun orangnya yang igin bertamu harus mendundukkan badan atau bersikap sopan. Berbeda dengan rumah bentuk bekuk lulang, rumah bocokan pada bagian atap samping lebih lebar dan tidak setinggi rumah bekuk lulang, karena rumah bocokan tiang yang menyangga atap bagian samping lebih kecil dan pendek.
Denah yang paling umum dari rumah bocokan adalah: Bagian teras sebelah kiri terdapat Mbale tempat duduk dan bersantai, bagian dalam rumah, sebelah tengah merupakan ruang tamu sekaligus ruang keluarga (menunjukkan keramah tamahan, semua dianggap keluarga), kanan dan kiri bagian dalam rumah adalah kamar tidur, di pisahkan dengan Kesel (Pembatas papan jati yang berupa ukiran dan lukisan kaca) bagian belakang adalah Pawon (dapur). Pada halaman belakang rumah selain sebagai pekarangan yang ditanami sayuran dan pisang, biasanya juga sebagai tempat menambatkan hewan ternak seperti sapi dan kambing dengan dibuatkan gubuk kecil terpisah dari rumah utama di lahan belakang rumah ini juga terdapat Kiwan (kamar mandi tradisional yang bak mandinya terbuat dari genuk (bejana tanah yang besar) ).
Semoga bermanfaat bagi semua, warga Rembang khususnya agar tidak melupakan warisan leluhur.

*) Special Thanks to Sdr. Wiwid Sriwidarti dkk yang telah memberikan foto narsisnyas di  Merokoco anjungan Rembang, soalnya penulis belum sempet kesana :)