Jembatan Tanggulangin dari arah Semarang |
Saat Anda melintas dari arah
Surabaya keluar kota Kudus (tepat diperbatasan Kudus-Demak) anda akan melewati
2 buah jembatan megah yang berjejer ya
jembatan Tanggulangin, pada tahun 2000-an awal kita masih bisa melihat 3
jembatan berjejer di sini yaitu jembatan yang paling kiri sebenarnya adalah
jembatan yang baru dibangun tahun 1990-an karena jembatan lama sudah dianggap
tidak mampu lagi menampung banyaknya kendaraan lewat serta mengurangi beban
jembatan yang sudah tua, jembatan tengah adalah jembatan lama yang dibangun pada jaman kolonial dan merupakan
jalur Daendels, jembatan paling kanan jembatan Kereta Api Semarang-Rembang
karena sudah tidak berfungsi jembatan kereta itu dibongkar yang kini hanya
menyisakan pondasinya saja.
Namun
tahukan anda bahwa jembatan Tanggulangin ini pernah hancur dibom oleh pejuang
untuk mencegah mobilitas pasukan Belanda yang “membonceng” NICA pada tahun 1947 yang bergerak dari
Semarang menuju arah timur (Kudus, Pati, Rembang, dst.) dan aksi heroik ini
ternyata mampu memperlambat gerakan tentara penjajah namun harus dibayar mahal
dengan gugurnya sejumlah pejuang dari Kudus dan Pati.
Berawal dari
sebuah markas tentara pelajar menggunakan sebuah hotel di Pati yang sekarang
bernama Pati Hotel yang berdiri sejak tahun 1926, awalnya hotel ini hanya menyediakan
5 kamar Sang pemilik, Tan Shi ging atau akrab disapa Mr.Tan mendirikan
penginapan untuk membantu para rekan dagangnya dari berbagai negeri ketika
berbisnis di Indonesia. Kala itu, Mr. Tan memberi nama tempat penginapannya
Pati Hotel yang merupakan satu-satunya hotel di pinggir jalur Daendels Pati
sekarang di kenal dengan Jalan Panglima Sudirman depan kantor LVRI Pati.
Monumen Pancasila, komplek Pati Hotel |
Puncaknya, TRI (Batalyon 426 Munawar) meledakkan Jembatan Tanggulangin (perbatasan Kudus-Demak). Bersama dengan peristiwa itu, Tentara Pelajar (Brigadir 17) angkatan'45 meminjam Hotel Pati sebagai markas komando. Mengingat letak Pati cukup strategis sebagai daerah pertanahan lantaran berada di tengah Pelabuhan Juwana dan semarang (pelabuhan antarpulau di Pantai Utara Jawa) pada masa itu.
Agresi itu berhasil ditahan dan tidak sampai ke Pati. Gejolak berangsur mereda dengan digelarnya Perjanjian Linggarjati antara RI dan Belanda. situsi yang mulai kondusif membuat para tentara pelajar kembali meneruskan pendidikannya di sekolah. Sebelum perpisahan setelah tamat sekolah, tentara pelajar mendirikan monument di depan bekas markasnya.
Sejak
dibangun monument itu sempat dipugar atas prakarsa Alm. AKBP (purn) R.
Soedartono yang pernah menjabat Ketua TP Exs 17 dan Ketua Dewan Harian Cabang
(DHC) Angkatan 45 Pati. Monumen itu berbetuk piramida setinggi 75 cm dengan
mengambil areal 100 m2 di pojok timur pelataran Hotel Pati. Bangunan tersebut berlatar
patug dua pejuang menenteng senapan dan mengepalkan tangan seakan berteriak.
Kata
“teroeskan” yang tertoreh di piramida seakan menjadi pengingat bagi generasi
saat ini dan mendatang untuk mengenang sejarah perjuangan bangsa serta bisa lebih
menanamkan nilai patrotisme.
*)Diolah dari berbagai sumber