Satu lagi icon yang belum banyak dikenal
masyarakat luar Kudus yang sebenarnya memegang peranan vital bagi kehidupan dan
keamanan Kudus yap Pintu Air Wilalung atau sering disebut Kedung Wilalung,
Bendung Wilalung, dan Pintu Banjir Wilalung. Bangunan unik nan bernilai sejarah
tinggi jaman Belanda ini sampai sekarang masih berdiri kokoh dan masih
berfungsi baik selama lebih dari 100 tahun. Kalau anda melewati Wilayah Undaan
jangan lupa mampir untuk melihat-lihat atau sekedar berfoto di tempat ini,
berikut sejarah berdirinya Pintu Air Wilalung Undaan Kudus.
Pintu Air Wilalung adalah Bangunan
Pembagi Air Banjir berupa bendung gerak yang didirikan pada percabangan Sungai Serang di
Kecamatan Undaan,
Kabupaten Kudus, Propinsi Jawa Tengah. Bangunan tersebut membagi Sungai Serang menjadi Sungai
Juwana dan Sungai Wulan. Pintu Banjir Wilalung dibangun pada tahun 1908 - 1916 oleh
pemerintah Hindia
Belanda, dengan tujuan untuk melindungi daerah Demak, Grobogan dan sekitarnya beserta daerah
irigasinya dari bencana banjir yang terjadi karena meluapnya aliran Sungai Lusi
dan Sungai Serang. Sebelumnya
pada tahun 1892, pemerintah Hindia Belanda membangun sebuah saluran yang sekarang
disebut Sungai Wulan. Sungai Wulan ini memperpendek jarak Sungai Serang ke laut. Cara ini hanya dapat
mengatasi masalah
dalam jangka pendek, karena tingginya proses sedimentasi di sepanjang sungai sehingga lambat laun
kapasitas sungai pun berkurang.
Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut
di atas, saat itu pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk membangun Pintu Banjir Wilalung
guna mengatur dan mengalihkan
atau membelokkan luapan banjir sesuai dengan daya tampung Sungai Wulan dan Sungai Juwana.
Pintu Banjir Wilalung selesai dibangun pada tahun 1916 dan mulai dioperasikan
pada tahun 1918. Bangunan tersebut dibangun dengan dua pintu dibagian Sungai
Wulan dan sembilan pintu pada bagian Sungai Juwana. Rencana debit aliran Pintu
Banjir Wilalung adalah 1.350 m3/det di mana debit sebesar itu akan dilewatkan
pada dua pintu di Sungai Wulan sebesar 350 m3/det dan Sembilan pintu pada
Sungai Juwana sebesar 1.000 m3/det.
Kondisi Pintu Banjir Wilalung saat ini
pada pintu air yang mengatur air ke Sungai Juwana hanya 4 buah pintu yang dapat
dioperasionalkan dengan baik, sedangkan yang 5 buah pintu rusak. Diperkirakan
apabila 2 buah pintu dibuka akan dapat mengalirkan air ke Sungai Juwana sebesar
100,98 m3/det. Untuk mengurangi beban banjir pada Pintu Banjir Wilalung telah
dibangun Flood Way pada tahun 1995 yang mengalirkan air ke Sungai Wulan
sebesar 400 m3/det. ( Sumber : Balai PSDA Seluna)
Rusaknya pintu air tentu menjadi salah satu persoalan di Pintu
Banjir Wilalung yang menghambat aliran air pada bendung terutama ketika terjadi
banjir. Dan hal ini terjadi ketika banjir pada bulan Desember tahun 2007 yang menyebabkan
meluapnya Sungai Serang dan membanjiri daerah Grobogan, Kudus dan sekitarnya.
Sehingga diperlukan adanya perbaikan agar tidak ada kerusakan berkelanjutan,
mengingat betapa vitalnya Bendung Wilalung untuk mengalirkan aliran dan
melindungi daerah sekitarnya jika banjir terjadi. Persoalan lain yang dihadapi
Pintu Banjir Wilalung adalah potensi sedimentasi yang cukup tinggi. Hal ini
terjadi akibat erosi dan longsor di badan saluran. Di samping memang konsentrasi
angkutan bahan sedimen pada Sungai Serang yang tinggi. Sehingga Pintu Banjir
Wilalung tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Dikutip dari: EVALUASI PINTU BANJIR WILALUNG KECAMATAN
UNDAAN KABUPATEN KUDUS (UNDIP 2008)